Manusia dan Pandangan hidup

 TUGAS KELOMPOK ILMU BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

KELOMPOK 8

1IA10







                                                                      Disusun Oleh :


                                                   1.Aldhi (50420106)

                                                   2.Ardian Kholid Ashidiq (50420213)

                                                   3.Muhammad Akhsan Rizky Hidayat (50420781)

                                                   4.Muhammad Harits Alfarras (50420848)

                                                   5.Suranta Suragih (51420214)





Pengertian Pandangan Hidup

Pandangan hidup adalah sebuah pandangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, dan petunjuk bagi kehidupan. 

Menurut Koentjoroningrat, sebagai salah satu pokok bahasan dalam Ilmu Budaya Dasar, pandangan hidup mengandung pengertian yang mendasar yakni bahwa Pandangan Hidup adalah nilai – nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia.

Sistem nilai budaya sering juga merupakan pandangan hidup atau world view bagi manusia yang menganutnya. Apabila “sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat, “pandangan hidup” merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau, lebih sempit lagi, oleh individu-individu khusus di dalam masyarakat. Oleh karena itu, hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada pandangan hidup pada keseluruhan masyarakat.

Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia, tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun pada tingaktan yang berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup mencerminkan cita-cita atau aspirasisnya.

Dalam kehidupanya manusia tidak akan terlepas dan 3 hal pokok, yakni: 

- Cita-cita, 

- Kebajikan, dan 

- Sikap hidup

Karena itu pula, wajarlah apabila cita-cita, kebajikan dan sikap hidup merupakan bagian hidup manusia. Dan itu pulalah sebabnya cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seth yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup seseorang. Pandangan Hidup dan Ideologi Ideologi merupakan komponen dasar terakhir dan sistem sistem sosial budaya. Pengertian ini menyangkut sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari. 

Suatu ideologi bagi masyarakat tersusun dan 3 unsur, yakni: 

1. Pandangan hidup,

2. Nilai-nilai, dan

3. Norma-norma.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dan ideologi kebudayaan yang dapat membuat kemungkinan-kernungkinan menjawab pertanyaan “mengapa” tentang sesuatu dan kehidupan.

Klasifikasi Pandangan hidup 

1. Pandangan Hidup yang berasal dari Agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya. 

2. Pandangan hidup berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma-norma yang terdapat dalam Negara tersebut. 

3. Pandangan hidup yang berasal dari renungan adalah pandangan hidup yang relative kebenarannya, karena sifatnya individu dan diyakini oleh persepsi diri sendiri. 

Langkah – Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik 

Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukan sebagai sarana kesejahteraan, ketenteraman dan sebagainya. 

Maka kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Maka dari itu di bawah ini beberapa langkah-langkah dalam berpandangan hidup yang baik, sebagat berikut: 

1.Mengenal

Mengenal ini merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dan setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup. 

2.Mengerti 

Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti di sini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagairnana mengatur kehidupan bernegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup pada agama islam, hendaknya kita mengerti apa itu Al Qur’an, hadits dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mcngatur kehidupan baik di dunia niaupun di akherat. Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dan mana Al Qur’an, hadits, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian mempunyai suatu konsep pengertian tentang pandangan hidup Islam itu. 

3.Menghayati

 Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita mcmperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai pandangan hidup itu sendiri.

Menghayati di sini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Dengan menganalisa dan bertanya kepada orang yang lebih mampu dalam pemahaman pandangan hidup. 

4.Meyakini 

Setelah mengetahui kcbenaran dan validitasnya, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dan segi kemasyarakatan maupun bernegara dan dan kehidupan di akherat, maka hcndaknya kita menyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini me merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kcpasiian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan yakin (meyakini) berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan untuk selalu brrpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindakannya atau setidak-tidaknya tingkah laku dan tindak-tanduknya scialu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. 

5.Mengabdi 

Pengabdian merupakan suatu hal yang pcnting dalam mcnghayati dan mcyakini sesuatu yang telah dibcnarkan dan ditenima baik oleh dirinya sendiri. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedang perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh prihadi kita sendiri. Dan mengabdi itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat. Dampak berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orang kedua orang tua. Jadi bila kita sudah mengenal, mengerti, menghayati dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian Dan pengabdian maka hendaknya dijadikan pakaiannya baik dalam waktu tenteram lebih-lebih bila menghadapi hambatan dan tantangan. 

6.Mengamankan 

Proses mengamankan mi merupakan langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang terakhir ini merupakan langkah yang terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tetap tegaknya pandangan hidup itu. Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnya, lain suatu ketika dia dicela baik secara langsung ataupun secara tidak Iangsung, maka jelas dia tak menenima celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin merusak atau bahkan ingin memusnahkan agama Islam baik terang-terangan ataupun secara diam-diam, sudah tentu dan sudah selayaknya bila kita mengadakan tindakan terhadap segala sesuatu yang menjadi pengganggu. Dengan kata lain para pengikut pandangan hidup Islam akan bertindak untuk mengamankan terhadap segala tindakan yang bermaksud atau ingin mengganggu salah satu diantara pandangan hidup itu, pasti ditindak selain oleh Allah kelak juga oleh para pengikut Islam itu sendiri.


CITA-CITA DAN PANDANGAN HIDUP

Di samping itu juga pandangan hidup yang teguh ini akan mampu memperbaiki segala tingkah lakunya, baik dalam bermasyarakat ataupun dalam menyelesaikan segala masalah hambatan, gangguan dan tantangan sehingga nantinya akan terwujud citacita yang didambakannya. Oleh karetia itu sebagai makhluk yang mempunyai Cita-cita terutama cita-cita yang akan memimpin kepada kebaikan dan keselamatan baik pribadi maupun orang lain dan lebih-lebjh keselamatan di akherat kelak. Bila kita kaji lebih dalam maka dalam berpandangan hidup yang baik itu tentu terdapat keyakinan yang teguh. Pandangan hidup yang demikian ini merupakan dasar akan adanya cita-cita artinya bila adanya cita-cita ini didasari oleh pandangai hidup ini maka cita-cita ini akan lebih besar kemungkinannya dan bila berhasil maka berarti cita-citanya itu merupakan hasil petunjuk dan Allah sebagai pencipta seluruh makhluk yang ada. Dengan demikian besar kemungkinannya untuk selamat dalam menjalankan tugas dan keberhasilan cita-citanya itu dengan syarat yang bcrsangkutan selalu berpegang teguh pada pandangan hidupnya dimanapun berada.


MANUSIA INDONESIA DALAM DIMENSI SOSIOLOGI BUDAYA

Bangsa Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat radikal di segala lini kehidupan. Baik dalam dimensi politik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara seakan-akan terputus dengan sejarah masa lalu, dimana nilai-nilai ideologi bangsa, sosial, budaya, dan nilai-nilai agama kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya, kebinekaan dalam kesatuan mulai memudar, dan pembangunan spiritual serta material belum mencapai tujuan yang diinginkan karena berjalan tersendat-sendat. Kondisi seperti ini memicu masyarakat untuk bertindak anarkis dalam menampakan antisosial dan antikemapanan, berdemonstrasi dengan cara merusak. Para pejabat banyak melakukan korupsi atau menyelewengkan amanahnya , Tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, maraknya penggunaan dan peredaran narkoba dan pornografi yang mengancam masa depan remaja sebagai generasi masa depan bangsa. Para pengadil yang diadili, aparat keamanan yang diamankan, serta para politisi dan elit kekuasaan yang tidak peduli dengan etika berpolitik dan nasib rakyatnya yang kesusahan. Di daerah tertentu muncul keinginan untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena ketidakpuasan terhadap pembagian “kue” pembangunan dari pusat. Nilai-nilai nasionalisme pun turut melemah, Pancasila sudah mulai jarang dibicarakan dalam konteks kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Kondisi tersebut dikarenakan lemahnya kesadaran berbangsa dan bernegara serta moralitas bangsa yang buruk.

KONDISI MANUSIA INDONESIA

Manusia Indonesia yang diinginkan adalah manusia seutuhnya yaitu manusia yang dididik untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, makhluk sosial, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, sesama manusia, dengan alam, dan dengan Tuhannya dalam mengejar kemajuan dan kebahagiaan rohaniah. Melihat fenomena kehidupan masyarakat Indonesia yang jauh dari cita- cita pembangunan Indonesia, Muchtar Lubis secara lisan pada tahun 1977, menyebut enam ciri manusia Indonesia. Meliputi hipokrit alias munafik (1), enggan bertanggung jawab atas perbuatan dan keputusannya (2), berjiwa feudal (3), percaya takhayul (4), artistik (5), dan berwatak lemah.

BISA DIUBAH, DAN HARUS BERUBAH 

Manusia Indonesia masa depan perlu dipahami bukan sebagai ”sudah begitu, mau apalagi”, tetapi bisa diubah, melalui strategi kebudayaan, yaitu dengan melakukan perubahan sistem nilai budaya (culture value sistem). Misalnya, membuat perbandingan pengalaman negara lain sebagai bahan belajar dan perbaikan internal secara radikal. Misalnya, perbandingan yang disampaikan Huntington dalam artikelnya Culture Count di bunga rampai Culture Matters (2000: xiii-xvi) yang disuntingnya bersama Lawrence Harrison merangsang kita untuk memiliki keyakinan. Jadi, sebenarnya sumber persoalan buruknya kualitas manusia Indonesia adalah adanya nilai-nilai yaitu sistem nilai budaya yang negatif dan penjajahan yang sangat lama yang dialami bangsa Indonesia. Sistem nilai budaya itu dihidupi dan dikembangkan oleh manusia, yang menjadi subyek atas perilaku dan tindakannya. Sedangkan untuk membangkitkan mental negara terjajah adalah dengan banyak belajar kepada negara-negara lain yang telah maju, sehingga termotivasi untuk meningkatkan kepribadiannya ke arah yang lebih baik.






PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN SISTEM NILAI BUDAYA


Pendekatan Sosiologi. Pada dasarnya sosiologi melihat manusia dalam serba keterhubungannya dengan manusia atau orang lain. Dengan berdasar pada paradigma manusia masyarakat tersebut dapatlah selanjutnya diketahui aspek-aspek apa saja yang muncul manakala kita membicarakan manusia itu, yaitu: sistem kepribadian yang menyangkut diri manusia itu sendiri, sistem sosial, dan sistem kebudayaan. Dengan demikian, dari segi pemahaman sosiologis, manusia itu senantiasa berada pada posisi didisiplinkan oleh struktur di luar dirinya, apakah itu berupa sistem sosial ataukah kebudayaan.

Talcott Parson dengan teori struktural fungsionalismenya, menyusun ide tentang teori sibernetika mencoba untuk memberikan jawaban, bahwa system sosial merupakan suatu sinergi antara tiga subsistem sosial—sistem sosial, personalitas, dan sistem budaya--yang saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan. Ada 4 subsistem yang menjalankan fungsi utama dalam kehidupan masyarakat yaitu :

1.Fungsi adaptasi (Adaptation) dilaksanakan oleh subsistem ekonomi contoh: melaksanakan produksi & distribusi barang-jasa, dimana jalur produksi dan distribusi barang jasa untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteran masyarakat dengan seadil-adilnya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 

2.Fungsi pencapaian tujuan (Goal attainment) dilaksanakan oleh subsistem Politik contoh: melaksanakn distribusi-distribusi kekuasaan & memonopoli unsure paksaan yg sah (negara). Dalam pembagian kekuasaan ini harus didasarkan kepada etika dan moral politik (moral excellen) untuk menghindari kekuasaan absolut dan tindakan korupsi yang dilakukan elit. 

3.Fungsi integrasi (Integration) dilaksanakan oleh subsistem hukum dengan cara mempertahankan keterpaduan antara komponen yg beda pendapat/ konflik untuk mendorong terbentuknya solidaritas sosial.

4.Fungsi mempertahankan pola & struktur masyarakat (Lattent pattern maintenance) dilaksanakan oleh subsistem budaya menangani urusan pemeliharaan nilai - nilai & norma-norma budaya yg berlaku dengan tujuan kelestarian struktur masyarakat dibagi menjadi subsistem keluarga, agama,dan pendidikan. 

Dengan demikian, implikasinya, masyarakat akan berkembang dengan baik, jika setiap individu taat kepada norma-norma yang telah disepakati baik dalam norma negara, masyarakat, dan agama. Untuk mengatasi dampak negatif globalisasi modernisasi dalam kehidupan masyarakat


Pendekatan Sistem Nilai Budaya (Culture Value System). Pendekatan ini untuk memperbaiki mentalitas manusia Indonesia yang lemah karena faktor nilai budaya negatif dan inferior complex yang diwariskan penjajah kepada bangsa Indonesia, sistem nilai budaya terdiri dari konsepsikonsepsi, yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai halhal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Untuk menganalisis sistem nilai budaya Koentjaraningrat (2004: 27) menggunakan kerangka Kluckhohn, yaitu lima dasar nilai budaya manusia : 

1.Hakekat hidup manusia. Ada kebudayaan yang menganggap hakekat hidup manusia adalah buruk dan menyedihkan, namun manusia dapat berusaha untuk mengubah dirinya dari kondisi buruk ke arah kondisi yang lebih baik dan bahagia. 

2.Karya manusia dalam kebudayaan pada hakekatnya bertujuan untuk menjaga eksistensi kehidupannya, memberikan status dan kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, dan sebagai usaha untuk menghasilkan produk yang lebih banyak lagi 

3.Kedudukan manusia dengan ruang waktu berinteraksi dengan kehidupan masa lalu sebagai cermin untuk memandang kehidupan ke masa depan. Sehingga manusia mampu untuk menghargai dan menggunakan ruang waktunya untuk kemajuan hidupnya. 

4.Hubugan manusia dengan alam sekitarnya, agar terjalin secara harmonis, maka manusia harus mampu mensikapi alam dengan bijaksana. Melakukan eksploitasi alam tanpa melupakan upaya- upaya pemeliharaan dan pelestariannya. Agar alam tidak “marah” dan dapat berlanjut kepada anak cucu kelak dikemudian hari.

5.Hubungan manusia dengan sesamanya dapat tetap terpelihara, apabila mereka mampu bekerja sama dan saling pengertian. Dengan cara seperti itulah kehidupan masyarakat dapat terpelihara tertib sosialnya yang diikat dengan sistem sosial dan sistem budaya.

Nilai-nilai negatif yang berasal dari bangsa asing baik yang di bawa pada masa penjajahan maupun karena adanya dampak globalisasi, maka pemerintah harus membuat peraturan yang membatasi efek globalisasi tersebut walaupun tidak bisa sama sekali menghindarinya dan mengganti budaya-budaya penjajah dengan budaya genuine Indonesia yang positif, serta disusunnya kurikulum berbasis budaya lokal untuk pendidikan. Kemudian menghilangkan sapaan-sapaan penjajah yang tidak sesuai budaya bangsa dengan mengimplementasikan karakter positif dari budaya bangsa sendiri dan membangkitkan kembali tradisitradisi besar dan mengembangan kesenian secara struktural maupun kultural.

Namun, dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini, usaha perbaikan ke arah yang positif pasti akan menemuai berbagai macam hambatan. masalah karakter negatif bangsa yang sangat sulit dirubah kalau hanya mengandalkan kesadaran warga negara. Kasus korupsi yang tidak pernah habishabisnya, peredaran dan penggunaan narkoba, pornogarafi dan porno aksi, tawuran, kriminalitas dan sebagainya telah membawa masyarakat ke jurang dekadensi moral yang lebih parah lagi.





SUMBER

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35509/bab-08-manusia-dan-pandangan-hidup1.pdf

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35509/bab-08-manusia-dan-pandangan-hidup1.pdf


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kurangnya Kesadaran Membuang Sampah Pada Tempatnya

Keamanan Sistem Operasi

Program Jahat pada Komputer